Sejarah Kerajaan Kutai Martadipura
Edukasistan.com - Hello guys! Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas mengenai Sejarah Kerajaan Kutai Martadipura. ingat ya! Kerajaan Kutai Martadipura merupakan kerajaan yang berbeda dari Kerajaan Kutai Kartanegara. Keduanya memiliki sejarah yang berbeda dan pengaruh budaya yang berbeda.
Kerajaan Kutai Martadipura memiliki pengaruh budaya Hindu yang kuat, sedangkan Kerajaan Kutai Kartanegara memeluk agama Islam. Namun, keduanya sama-sama berada di wilayah Kalimantan Timur. ya walaupun nantinnya akan menjadi satu kesatuan dengan nama Kerajaan Kutai Kertanegara Ing Martadipura.
Daftar isi
Saat belajar sejarah tentang Indonesia, ada banyak peristiwa yang dapat dipelajari, salah satunya adalah tentang kerajaan-kerajaan di Indonesia. Salah satu kerajaan yang perlu diketahui adalah Kerajaan Kutai, yang merupakan kerajaan Hindu tertua di Indonesia, yang didirikan pada abad ke-4 Masehi.
Kerajaan Kutai merupakan salah satu kerajaan Hindu tertua di Indonesia yang terletak di Kalimantan Timur dekat Sungai Mahakam. Diperkirakan berdiri sekitar abad ke-4 M atau 400 M, dan memiliki hubungan perdagangan yang baik dengan India, sehingga penyebaran agama Hindu terjadi melalui jalur perdagangan.
Sejarah Kerajaan Kutai Martadipura |
Kerajaan Kutai dikenal sebagai kerajaan Hindu tertua di Indonesia dengan sejarah panjang yang merupakan cikal bakal didirikannya kerajaan-kerajaan lain di Indonesia. Nama Kutai diketahui setelah ditemukannya prasasti Yupa yang diidentifikasi sebagai peninggalan asli dari pengaruh agama Hindu dan Buddha, yang ditulis menggunakan bahasa Sansekerta dengan huruf Pallawa.
Prasasti ini menyebut nama Raja Kudungga sebagai raja pertama yang menjabat di Kerajaan Kutai. Kudungga diketahui memiliki putra bernama Asmawarman yang menjadi raja kedua. Asmawarman memiliki tiga putra, salah satunya bernama Mula. Gimana udah penasaran kan dengan Sejarah Kutai? yuk tanpa banyak basa-basi lagi, langsung aja kita bahas.
Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Kutai
Sejarah Kerajaan Kutai dimulai dengan masuknya pengaruh kebudayaan India, khususnya Hindu ke Indonesia. Meskipun Kutai tidak terletak di jalur perdagangan internasional, tetapi hubungan dagangnya dengan India sudah berkembang sejak awal. Bukti pengaruh India dalam kelompok masyarakat Kutai dapat dilihat dari Prasasti Yupa yang dibuat sekitar abad ke-5.
Kedatangan kebudayaan Hindu membuat Kutai yang semula merupakan kelompok masyarakat suku berubah menjadi sistem pemerintahan berbentuk kerajaan. Kepala pemerintahan yang dulunya seorang kepala suku berubah menjadi raja.
Kerajaan Kutai berada di Muara Kaman, sebuah tempat di pedalaman Kalimantan yang berjarak sekitar 133 km dari Kota Samarinda. Ini diketahui dari penemuan prasasti Yupa di lokasi tersebut. Dari prasasti yang ditemukan, tidak hanya lokasi, tetapi juga diketahui dari corak yang dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu dan India.
Kebudayaan ini memengaruhi penamaan raja, tulisan, dan bahasa yang digunakan dalam prasasti yang ditemukan, yaitu bahasa Sanskerta dan tulisan Pallawa. Dari prasasti yang ditemukan ini, diketahui bahwa Raja Kudungga adalah pendiri Kerajaan Kutai. Nama Raja Kudungga dianggap sebagai nama asli Indonesia yang belum terpengaruh oleh bahasa India.
Namun, keturunannya seperti Raja Mulawarman dan Aswawarman dianggap memiliki pengaruh besar dari budaya Hindu India. Hal ini dikarenakan kata "Warman" pada akhiran nama mereka berasal dari bahasa Sansekerta yang biasa digunakan oleh masyarakat India bagian selatan.
Ini menyebabkan banyak orang menganggap bahwa Kerajaan Kutai memiliki corak Hindu dengan pengaruh budaya India yang kuat. Pola kehidupan pada masa itu juga menyerupai kehidupan kerajaan-kerajaan Hindu di India.
Tokoh Kerajaan Kutai
Raja pertama Kerajaan Kutai adalah Kudungga. Pada awalnya, Kudungga adalah seorang kepala suku. Setelah ada pengaruh Hindu yang memasuki wilayah tersebut, struktur pemerintahan berubah menjadi kerajaan dan Kudungga mengangkat dirinya sebagai raja. Sejak saat itu, pergantian raja dilakukan berdasarkan garis keturunan.
Perlu diketahui bahwa Kudungga adalah nama asli Indonesia, sementara raja-raja selanjutnya menggunakan nama-nama yang diambil dari India. Setelah Kudungga meninggal, takhta diteruskan oleh putranya, Aswawarman. Dalam masa pemerintahan Aswawarman, diketahui bahwa kerajaannya berhasil melebarkan wilayahnya.
Hal ini diketahui dengan dilakukannya upacara Asmawedha, yang sama dengan yang dilakukan oleh Raja Samudragupta di India untuk memperluas wilayah. Raja Aswawarman dijuluki dengan "Wangsakerta" atau pembentuk keluarga raja.
Setelah Aswawarman meninggal, takhta diteruskan oleh putranya, Mulawarman. Pada masa pemerintahan Mulawarman, Kerajaan mengalami masa kejayaan yang membuat rakyat hidup makmur dan sejahtera.
Karena kejayaan ini, banyak upacara kurban emas dilaksanakan pada masa pemerintahannya. Setelah masa kejayaan ini, tidak ada raja yang dapat mengalahkan kejayaan Mulawarman. Kerajaan Kutai Martadipura diketahui memiliki jumlah raja sebanyak 25 orang, dengan raja terakhir bernama Maharaja Dharma Setia.
Maharaja Dharma Setia adalah raja yang menjabat pada masa akhir keberlangsungan kerajaan ini sebelum ditaklukkan oleh Kerajaan Kutai Kartanegara. Berikut Nama-Nama Raja Kerajaan Kutai Martadipura
- Maharaja Kudungga, Sebagai Pendiri Kerajaan dengan gelar Anumerta Dewawarma
- Maharaja Aswarman (anak Kudungga)
- Maharaja Mulawarman (raja yang terkenal pada masanya)
- Maharaja Sri Aswawarman
- Maharaja Marawijaya Warman
- Maharaja Gajayana Warman
- Maharaja Tungga Warman
- Maharaja Jayanaga Warman
- Maharaja Nalasinga Warman
- Maharaja Nala Parana Tungga
- Maharaja Gadingga Warman Dewa
- Maharaja Indra Warman Dewa
- Maharaja Sangga Warman Dewa
- Maharaja Singa Wargala Warman Dewa
- Maharaja Candrwarman
- Maharaja Prabu Mula Tungga Dewa
- Maharaja Nala Indra Dewa
- Maharaja Sri Langka Dewa
- Maharaja Guna Parana Dewa
- Maharaja Wijaya Warman
- Maharaja Sri Aji Dewa
- Maharaja Mulia Putera
- Maharaja Nala Pandita
- Maharaja Indra Paruta Dewa
- Maharaja Dharma Setia
Kehidupan Masa Kejayaan Kerajaan Kutai
Jika dilihat dari Prasasti Yupa, kehidupan ekonomi di masa kejayaan Kerajaan Kutai pada pemerintahan Mulawarman cukup baik. Dikatakan bahwa raja Mulawarman menghadiahkan sebanyak 20.000 ekor sapi, menunjukkan bahwa kerajaan ini memiliki bidang peternakan yang kuat.
Letaknya yang berada di tepi sungai juga menjadikan tanahnya cukup subur untuk pengembangan bidang pertanian kerajaan. Sementara itu, dalam aspek kehidupan sosial Kerajaan Kutai (masyarakat) mendapatkan pengaruh yang kuat dari kebudayaan India.
Hal ini dapat dilihat dari adanya sistem kasta yang diterapkan di kerajaan. Sebanyak 20.000 ekor sapi yang sebelumnya disebutkan sebagai hadiah dari Raja Mulawarman adalah hadiah untuk kaum brahmana dalam tanah suci yang bernama Wapreskeswara.
Upacara Asmawedha yang dilakukan pada masa pemerintahan Raja Aswawarman juga menunjukkan pengaruh India. Selain itu, masih ada banyak upacara lainnya seperti Vratyastoma yang merupakan upacara penyucian diri agar bisa masuk ke kasta ksatria.
Sedangkan dalam aspek politik Pada masa pemerintahan Raja Mulawarman, stabilitas politik sangat terjaga. Sistem politik Raja Mulawarman menjadi faktor penting dalam memimpin suatu kerajaan. Hal ini juga dikatakan dalam Prasasti Yupa bahwa Raja Mulawarman dianggap sebagai raja yang berkuasa, kuat, dan bijaksana.
Runtuhnya Kerajaan Kutai Martadipura
Setelah kejayaan di masa pemerintahan Mulawarman, keadaan Kerajaan Kutai tidak menunjukkan tanda-tanda yang jelas. Kerajaan Kutai Martapura runtuh setelah ditaklukkan oleh Kesultanan Kutai yang memeluk Islam. Saat Tahun 1635 menjadi tahun yang menentukan bagi perubahan kekuasaan di Kerajaan Kutai Martadipura.
Pada saat itu, Maharaja Dharma Setia yang merupakan raja terakhir dari Kerajaan Kutai Martapura gugur dalam pertempuran melawan Pangeran Sinum Panji Mendapa dari Kesultanan Kutai Kartanegara. Sejak saat itu, wilayah yang dulunya dikuasai oleh Kerajaan Kutai Martapura diambil alih oleh Kesultanan Kutai Kartanegara.
Peninggalan Kerajaan Kutai
Di bawah pemerintahan Raja Dharma Setia, terjadi peperangan melawan Kerajaan Kutai Kertanegara. Pada peperarangan ini, Raja Dharma Setia gugur. Kekalahan pada perang ini menyebabkan kerajaan Kutai Martadipura runtuh dan digabungkan dengan Kerajaan Kutai Kertanegara, menjadikannya satu kerajaan bernama Kerajaan Kutai Kertanegara Martadipura.
Peninggalan dari kerajaan ini dapat dilihat di Museum Mulawarman di Kota Tenggarong. Perbedaan utama di antara keduanya adalah corak Hindu dan Islam yang diterapkan pada masing-masing kerajaan. Kerajaan Kutai Kertanegara sendiri didirikan pada abad ke-13 Masehi.
Setelah berganti kepemimpinan, terdapat 7 prasasti Yupa sebagai peninggalan Kerajaan Kutai, beberapa senjata seperti Keris Bukit, serta beberapa perhiasan seperti Kalung Ciwa dan patung kura-kura yang terbuat dari emas.
Peninggalan-peninggalan tersebut dapat dilihat langsung melalui kunjungan ke Museum Mulawarman di Kota Tenggarong. Nah itulah pembahasan kita hari ini mengenai Sejarah Kerajaan Kutai Martadipura. Semoga apa yang aku tulis diatas dapat bermanfaat dan apabila ada salah kata atau typo mohon maaf dan terimakasih sudah membaca.