Biografi Singkat Ki Hajar Dewantara
Edukasistan.com - Halo everyone! Apakah kalian sudah mengenal dengan baik siapa yang dijuluki sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia? Yuk, kita telusuri lebih dalam tentang tokoh penting ini! Kira-kira Siapa ya? Bapak Pendidikan Indonesia?
Betul sekali, jika jawabanmu adalah Ki Hajar Dewantara, tepat sekali! Tapi tunggu, apabila kamu menjawab Raden Abang Sowardi Soerjaningrat, itu juga benar sih. Bingung? Mengapa bisa seperti ini? Apakah Bapak Pendidikan Nasional Indonesia ada dua?
Daftar isi
Untuk membantu kamu menjernihkan kebingungan tersebut. Aku telah merangkum biografi lengkap Ki Hajar Dewantara yang bisa kamu baca di bawah ini. Ki Hajar Dewantara lahir dengan nama Raden Abang Soewardi Soerjaningrat dan kemudian memutuskan untuk mengubah namanya pada tahun 1922.
Dia berasal dari keluarga keraton Yogyakarta, yang memberinya kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang baik. Meski sempat menghadapi rintangan, namun semangat beliau dalam memperjuangkan pendidikan untuk rakyat Indonesia tidak pernah padam.
Dalam artikel ini, kita akan melihat lebih dekat sosok beliau, mulai dari masa kecil hingga perjuangannya dalam dunia pendidikan.
Masa Kecil Ki Hajar Dewantara
Biografi Singkat Ki Hajar Dewantara |
Kapan sih Ki Hajar Dewantara lahir? Beliau lahir pada tanggal 2 Mei 1889 di Pakualaman. Pasti kamu sudah tahu ya, bahwa hari lahir beliau diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional? Saat lahir, beliau diberi nama Raden Abang Soewardi Soerjaningrat atau biasa dipanggil Sowardi.
Berlatar belakang keluarga keraton Yogyakarta, beliau adalah anak dari Baginda Pangeran Harya Soerjaningrat dan cucu dari Pakualam III. Nah pada tahun 1922, beliau mengubah namanya! menjadi Ki Hajar Dewantara dan melepaskan gelar bangsawannya.
Berbekal latar belakang keluarganya tersebut, beliau mendapatkan kesempatan untuk belajar di Sekolah Dasar Belanda, Europeesche Lagere School (ELS). Namun, pendidikan di sekolah dokter pribumi, STOVIA, tidak beliau selesaikan karena terkena penyakit.
Masa Aktif di Dunia Jurnalistik
Belum menyelesaikan studi di STOVIA, Ki Hajar Dewantara kemudian bekerja sebagai reporter dan penulis di beberapa surat kabar seperti Midden Java, De Express, Kaoem Moeda, dan Tjahaja Timoer. Dalam karirnya, beliau memproduksi tulisan-tulisan yang berisi kritik pedas, nasionalistik, dan bersemangat anti-kolonialisme.
Ternyata beliau tidak hanya aktif di dunia jurnalistik aja guys, Ki Hajar Dewantara ternyata juga aktif dalam organisasi politik dan sosial, salah satunya organisasinya yaitu Budi Utomo. Di organisasi ini, Ki Hajar Dewntara berperan aktif dalam membangun kesadaran orang Indonesia tentang pentingnya persatuan dan kesatuan.
Beliau juga mendirikan Indische Partij bersama Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo pada tahun 1912. Nah Ketiga pendiri inilah yang kita kenal dengan sebutan 'Tiga Serangkai'. Pada tahun 1913, masyarakat pribumi dibebani dengan permintaan sumbangan oleh pemerintah Hindia Belanda. Dana yang terkumpul itu digunakan untuk merayakan kemerdekaan Belanda dari Prancis.
Kebijakan Hindia Belanda ini sangat menyinggung perasaan orang Indonesia karena mereka merayakan kemerdekaan di atas tanah bangsa yang mereka ambil kemerdekaannya dengan meminta sumbangan dari kita dimana saat itu kita belum merdeka.
Hal ini pun memicu reaksi kritis dari Ki Hajar Dewantara. Lalu Beliau menuliskan kritiknya terhadap pemerintah Hindia Belanda saat itu melalui dua tulisan yaitu "Als Ik Eens Nederlander Was" yang artinya Seandainya Aku Orang Belanda dan "Een voor Allen maar Ook Allen voor Een" yang artinya Satu untuk Semua, tapi juga Semua untuk Satu)
Tulisan pertamanya inilah yang membuat Ki Hajar Dewantara ditangkap oleh pemerintah Hindia Belanda dan diasingkan ke Pulau Bangka. Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo pun turut membela. Akibatnya, Ketiga Serangkai ini pun diasingkan ke Belanda.
Ki Hajar Dewantara Setelah Pengasingan
Selama Ki Hajar Dewantara berada di Belanda, Beliau menggunakan waktunya untuk belajar. Dia bahkan berhasil mendapatkan Europeesche Akta, sertifikat dalam bidang pendidikan.
Ketika masa pengasingannya berakhir pada tahun 1918, dia kembali ke Indonesia dengan tekad untuk membebaskan rakyat Indonesia dari kebodohan. Ki Hajar Dewantara mendirikan Taman Siswa pada tahun 1922 dengan misi untuk menumbuhkan rasa nasionalisme dalam rangka mencapai kemerdekaan.
Ki Hajar Dewantara Setelah Kemerdekaan Indonesia
Ki Hajar Dewantara diangkat menjadi Menteri Pendidikan Indonesia dalam kabinet pertama Republik Indonesia. Dia mendapatkan penghargaan dari Universitas Gadjah Mada dan diakui sebagai Bapak Pendidikan.
Pada tanggal 26 April 1959 di tanah kelahirnya Yogyakarta, Ki Hajar Dewantara menghembuskan napas terakhirnya. Sekarang, meski Ki Hajar Dewantara telah tiada beberapa puluh tahun lalu, generasi muda harus tetap melanjutkan semangat perjuangannya.
Bagaimana caranya? Ketahuilah pesan-pesan beliau yang sering banget kita dengar yaitu Ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Arti dari kata tersebut ialah "di depan menjadi contoh, di tengah membangkitkan semangat, di belakang memberikan dorongan".
Ki Hajar Dewantara adalah sosok yang tak bisa dilupakan dalam sejarah pendidikan Indonesia. Beliau merupakan teladan yang baik bagi generasi muda dalam mencapai cita-cita dan membawa perubahan positif bagi bangsa. Kita harus selalu mengenang perjuangannya dan menerapkan nilai-nilai yang diajarkan oleh beliau dalam kehidupan sehari-hari.
Maka dari itu, ayo kita wujudkan cita-cita Ki Hajar Dewantara. Generasi muda di Indonesia harus mengenang perjuangan bapak pendidikan kita. Nah Itulah ulasan Biografi Ki Hajar Dewantara. Semoga apa yang aku tulis diatas bermanfaat, apabila ada salah kata atau informasi yang salah mohon maaf dan terimakasih sudah membaca